Mengawal Mimpi Generasi Milenial
Mei 20, 2020Saya termasuk bagian dari hal ini, hahaha. Tetapi bukan berarti saya abai terhadap kemajuan teknologi ya. Sebagai orang tua tentu kita harus bisa mengawal generasi milenial ini dengan tangguh. Dulu waktu saya masih sekolah, ketika ditanya "apa cita-citamu?" Maka anak-anak seusia saya akan segera berlomba menyebutkan berbagai profesi yang mereka idolakan. Diantaranya, dokter, insinyur, guru, pilot, masinis, pengusaha, dan lain-lain. Hayo ngaku, Bunda termasuk memilih yang mana? hahaha ... Saya pun dulu dengan PD menyebut ingin menjadi pegawai kantoran. Ya Allah keren banget ya.
Namun, coba sekarang Bunda coba bertanya kepada generasi milenial, apa cita-cita mereka. Jawabannya adalah Youtuber, Videografer, pengusaha online, dan cita-cita lain yang masih berhubungan dengan dunia teknologi. Anak saya pun termasuk salah satu yang memilih cita-cita seperti itu. Sebagai orang tua tugas kami adalah mendampingi mereka dalam meraih cita-citanya.
Mungkin untuk saat ini mereka masih belum begitu paham 100% dengan pilihannya itu, karena dunia remaja masih penuh dengan uji coba dan pengaruh lingkungan serta teman masih kuat mengakar. Bagi mereka yang sudah akrab dengan segala tontonan yang ada di media sosial, menjadikan cita-cita itu sebagai pilihan yang menarik.
Lalu apakah sebagai orang tua kita akan melarang mereka untuk memilih cita-cita tersebut? Barangkali kita harus bisa bersikap lebih bijaksana dengan menghargai pilihan anak. Kunci utamanya adalah, bekali mereka dengan segala bentuk pengetahuan tentang cita-cita yang dipilih, termasuk halal haramnya, konsekuensi dan keuntungan apa yang bisa didapatkan dari cita-cita pilihannya itu.
foto : Dokumen Pribadi
Mengawal mimpi generasi milenial memang menjadi salah satu tugas yang berat bagi orang tua, karena kita harus bersaing dengan gegap gempitanya teknologi yang bisa diakses mereka kapanpun dan dimanapun mereka berada. Jangan lupa bekali anak-anak dengan ilmu agama yang kuat, sehingga mereka akan tetap mempunyai pegangan dan pengingat diri yang kuat.
Berbicara dari hati ke hati dengan cara berdiskusi juga bisa menjadi salah satu cara untuk mengawal mimpi mereka. Kalau saya dan suami mempunyai prinsip, bahwa anak-anak bebas menentukan cita-citanya untuk menjadi apapun, asalkan itu halal dan tidak melanggar norma sosial dan hukum. Bagi kami, membekali mereka dengan ilmu agama juga wajib hukumnya. Salah satu ikhtiar yang kami lakukan adalah menyekolahkan mereka di pondok pesantren selepas pendidikan dasar.
Selama kurang lebih 6 tahun mereka akan belajar ilmu agama secara lebih intensif dan mendalam. Sehingga harapannya, anak-anak akan mempunyai bekal agama yang cukup baik dalam menapaki kehidupannya yang penuh dengan tantangan di era globalisasi saat ini. Setiap orang tua pasti memiliki cara tersendiri dalam membekali anak-anak mereka dalam hal agama.
Generasi milenial ini, akan tetap menjadi anak yang baik dan peduli dengan lingkungan, jika orang tua mampu mengawal mereka dengan cinta dan kasih sayang. Jangan biarkan masa itu berlalu begitu saja dan lepas dari genggaman kita. Jangan biarkan teknologi mengambil alih peran kita sebagai orang tua dalam mengasuh dan mendampingi mereka.
Kepekaan sosial pada generasi milenial masih dapat kita asah dengan pendampingan yang tepat dan penuh kasih sayang. Jangan biarkan mereka melangkah sendiri tanpa tahu arah. Peran orang tua sangat besar andilnya dalam mengawal mimpi-mimpi generasi milenial ini. Keberhasilan mereka tidak selalu ditentukan dengan banyaknya materi yang berlimpah, tapi memiliki jiwa yang kosong. Tetapi keberhasilan itu akan terwujud, manakala generasi milenial mampu membawa diri dengan baik, sesuai zaman.
Masih ada waktu ya Ayah Bunda, untuk memulai dari sekarang. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Yuk kita mengawal mimpi generasi milenial dengan berpedoman kepada keimanan dan juga norma sosial dalam masyarakat, serta senantiasa berdoa kepada Allah SWT.
Salam hangat
Kudus mei 2020
22 komentar
Keren postingannya! Terimakasih ya kak sudah berbagi :)
BalasHapusSama-sama, semoga bermanfaat. Terima kasih sudah mampir.
HapusBetul Mbak, saya juga membebaskan anak menentukan pilihannya asalkan tidak melanggar syariat juga tidak melanggar norma hukum dan sosial. Tugas kita mendampingi dan mengarahkan untuk menemukan passion mereka juga bagaimana supaya anak bisa mengambil peran di masyarakat. Terimakasih artikelnya Mbak, jadi diingatkan kembali tentang ini :)
BalasHapusIya Mbak, yang terpenting adalah menyiapkan mereka menjadi generasi Rabbani yang siap terjun di masyarakat dan diterma oleh lingkungannya.
HapusSulungku termasuk produk generasi milenial juga. Benar banget, banyak sekali tantangan dalam membesarkannya. Doakan agar kami sanggup menjadi orang tua yang baik dan anakku menjadi anak milenial yang saleh. Aamiin.
BalasHapusAamiin, saling mendoakan yang terbaik untuk buah hati tercinta ya Bunda.
HapusKlo anak milenial jadi ortu gimana ya???ambisius gitu kali ya hahahaha
BalasHapusSaya ini ortu generasi milenial,suka membandingkan anak si itu atau si inu. Suka galau galau nggak jelas
Alhamdulillah saya bukan yang termasuk ambisius Mbak, ikuti aja jalannya dengan tetap berpedoman kepada agama dan norma sosial, insya Allah anak-anak akan menjadi generasi yang positif. Semangat dan sukses selalu ya Mbak.
Hapusyap bener mba, seharusnya ortu bisa memahami apa yang diinginkan anak ya. selama itu positif dan hal yang baik sudah seharusnya terus di dukung. semoga Allah jaga terus keluarganya mba, Aamiin.
BalasHapusBenar Mbak, aamiin terima kasih doanya.
HapusAdik yuni ditanyain pingin jadi apa, dia belum bisa menentukan. Ah, bagi yuni sih nggak papa. Tapi tetap sambil lalu tetap diberi pemandangan ke depan akan seperti apa. Asyik.
BalasHapusYuni udah cucok jadi emak milenial nih. Hehehe
Alhamdulillah sudah bisa mnularkan energi positif buat adiknya, dah cocok lah Mbak Yuni, hehehe.
HapusAku bukan milenial, Mbak...saat itu udah balita usiaku huhu. Anakku juga generasi di bawahnya.
BalasHapusNah..bingung kan. Tapi prinsipnya setuju semua: orangtua mesti mengawal mimpi anak dengan berpedoman kepada keimanan dan juga norma sosial dalam masyarakat, serta senantiasa berdoa kepada Allah SWT.
Iya Mbak, itu kincinya insya Allah.
HapusAgak ketar ketir juga mengawal geneasi milenial ya, karena gempuran teknologi yang kalau tidak bisa menyaring malah bahaya. Kadang ragu apakah harus dilepas atau dikekang. Terima kasih remindernya mbak ^_^
BalasHapusTarik ulur kali ya Mbak, tetap ada pengawasan dan pendampingan dari orang tua.
HapusHiks... terharu baca artikel ini. Saya mengalami sendiri memiliki anak milenial di bawah pengasuhan saya...duuh memang penting membekali anak-anak dengan ilmu agama yang kuat, sehingga mereka akan tetap mempunyai pegangan dan pengingat diri yang kuat. Jangan lelah mengingatkan ya mbak...
BalasHapusInasya Allah, itu menjadi salah satu ikhtiar kita ya mbak dalam mendidik anak di eea milenial ini.
HapusAnakku sudah masuk kategori, emaknya yang sudah berlalu hihihi, masuk kategori anak zaman old. Tapi, sebagai orang tua kita tak boleh lengah, agar anak kita tumbuh dan berkembang dengan baik dai segala segi.
BalasHapusIya Bunda, doa dan usaha terbaik bagi anak2 kita ya.
HapusBetul mb harapan kita generasi milenial punya semngat dan kepekaan sosial dlm kehidupn bermasyarakat. Juga iman dan taqwa. Klu seiring sejalan pasti jd generasi yg bisa dihandalkan
BalasHapusAgama adalah kunci pegangan bagi anak2 generasi milenial.
Hapus