Lelaki di Dalam Kereta
Oktober 21, 2020Hana memilih tempat duduk yang ada di pinggir jendela. Suasana di dalam gerbong kereta api Prambanan Ekspres jurusan Solo-Yogya itu cukup ramai. Ini adalah hari sabtu. Biasanya para mahasiswa ataupun pekerja yang berada di dua kota itu memilih pulang ke rumah, sehingga suasana akan lebih padat. Sama seperti dirinya yang juga memilih pulang ke Yogya setiap hari sabtu sore, sepulang dari kampus.
Setelah turun dari becak yang di tumpanginya Hana bergegas memasuki rumah. Langit pun mulai tampak gelap.
"Assalamualaikum," ucap Hana pelan
"Waalaikumsalam," suara Ibu menyahut dari dalam
"Hana, kamu sudah sampai," sambut ibu dengan senyum lembut.
Hana mengambil tangan Ibu untuk di cium.
Dia mengalihkan pandangan ke ruang tengah, terlihat olehnya Bapak duduk di kursi goyang sambil mengaji. Bergegas Hana menghampiri beliau dan mencium takzim tangan bapak.
"Sudah sampai, Han. Mandilah dulu, selepas magrib ada hal penting yang ingin Bapak sampaikan," tutur beliau pelan.
"Iya, Pak," Hana berjalan menuju kamarnya.
Setelah meletakkan tas ranselnya, dia segera mengambil baju ganti dan menuju ke kamar mandi. Mandi dan keramas membuatnya merasa lebih segar dan nyaman, setelah insiden becak tadi sore. Saat dia mengeringkan rambut, tangannya menyentuh kepalanya yang benjol akibat terbentur becak masih terasa sakit.
Seperti yang disampaikan Bapak tadi sore, selepas salat magrib berjamaah, Beliau meminta ibu dan Hana berkumpul di ruang tengah. Gadis itu penasaran, berita apa yang akan disampaikan Bapak.
"Begini Hana, seminggu yang lalu, teman Bapak sewaktu kuliah dulu datang ke sini. Beliau ingin mencarikan calon istri untuk anak laki-lakinya yang sampai sekarang belum menikah. Usianya 30 tahun, dia juga anak bungsu sepertimu, dia bekerja sebagai arsitek di sebuah perusahaan konstruksi di Yogya. Singkat cerita, Bapak pun mengajukan kamu sebagai calon istrinya, bagaimana Hana?" tanya Bapak serius.
Hana kaget, dia tidak menyangka kalau pembicaraan penting malam ini tentang pernikahannya.
"Apa tidak terlalu buru-buru, Pak. Hana belum selesai kuliah, masih skripsi," ucapnya sedikit terbata, karena masih kaget dengan cerita Bapak.
Bagaimanapun dia tidak ingin membuat Bapak kecewa dengan jawabannya, karena dia tahu, beliau sudah mulai menurun kesehatannya akhir-akhir ini. Menurut ibu, penyakit jantung Bapak sering kambuh. Hana tidak ingin penolakannya berakhir bencana yang akan mengakibatkan kesehatan Bapak semakin menurun.
"Kamu pikir-pikir dulu ya, Han. Kuliahmu sebentar lagi selesai. Teman Bapak dan putranya itu akan silaturahmi ke sini besok pagi, kamu lihat saja dulu dan bicang-bincang dengannya, siapa tahu setelah bertemu, kalian akan cocok. Kamu mau kan memenuhi permintaan Bapak ini?" tanya beliau dengan raut memohon.
Hana tidak tega melihat Bapak memohon seperti itu. Dia adalah anak bungsu, tentu dia ingin kedua orang tuanya menyaksikannya menikah. Menjadikan Bapak sebagai wali yang akan melepasnya dengan doa terindah. Namun, apakah secepat ini? Jujur dia masih belum siap.
"Hana, bagaimana?" suara Bapak menyadarkannya dari lamunan.
"Baik, Pak, Hana akan turuti keinginan Bapak, tetapi izinkan saya untuk memantapkannya dulu," pinta Hana lembut.
Bapak mengangguk dengan senyum yang tulus. Ibu menatap Hana dengan mata berkaca, sementara Hana mencoba menyuguhkan senyum tulus kepada mereka berdua, belahan hati yang telah berjasa dalam kehidupannya hingga detik ini.
***
Rombongan keluarga teman Bapak sudah datang. Mereka ada tiga orang, Pak Barata, istrinya Ibu Rusti dan anak laki-lakinya yang akan dikenalkan kepada Hana. Ibu memberitahukan gadis itu untuk membuatkan minum buat mereka berenam.
Jantung Hana berdentum keras sejak kedatangan mereka, dia benar-benar gugup. Seperti apakah laki-laki yang akan di kenalkan kepadanya itu? Memikirkannya saja sudah cukup membuat Hana gugup dan panas dingin.
Dengan langkah pelan dia berjalan ke ruang tamu untuk menyajikan minuman. Saat kakinya sudah menginjak lantai ruang tamu, tiba-tiba kakinya gemetar.
"Ya Allah, bagaimana ini," batin Hana.
Dia benar-benar merasa kacau. Sekuat tenaga berusaha untuk melangkah menuju meja untuk meletakkan minum. Wajahnya terus menunduk, sementara tangan dan kakinya bergetar. Dengan perlahan, dia menaruh minuman di meja. Entah seperti apa warna mukanya sekarang, yang jelas dia hanya mendengar suara seorang perempuan membicarakan dirinya.
"Wah cantik sekali nak Hana, dan sepertinya juga pemalu ya," ucap suara itu. Hana mengira itu adalah suara Ibu Rusti, istri Pak Barata.
Setelah meletakkan gelas, Hana mau tidak mau mendongakan wajahnya yang sudah memerah sejak tadi, untuk menyilakan tamunya.
"Mari silakan di minum," ucapnya gugup dan segera menundukkan pandangannya kembali.
Saat dia berdiri, ibu yang berada di dekatnya, menarik lengannya pelan, dan memintanya untuk duduk di sebelah wanita yang melahirkannya itu.
"Duduk sini, Han, kenalan dulu sama teman Bapak," ujar ibu lembut.
Hana meletakkan nampan di atas pangkuannya dan duduk di samping ibu. Wajahnya terus saja menunduk, dia benar-benar tidak sanggup melihat lelaki yang akan di kenalkan kepadanya itu. Entahlah, seperti ada rasa malu dan deg-degan, karena bagaimanpun juga baru kali ini dia berhubungan langsung dengan makhluk adam itu.
"Hana," ucap Ibu pelan sambil menyentuh tangannya.
Akhirnya dia mengangkat kepalanya melihat ke arah tamu tersebut. Dia menangkupkan kedua tangannya sembari tersenyum ke arah dua orang paruh baya teman bapaknya itu.
"Nama saya Hana, lengkapnya Gerhana Mentari," tuturnya lembut sambil menatap pasangan suami istri itu.
Sekarang dia mengalihkan pandangannya kepada sosok laki-laki yang duduk di sebelah Bu Rusti, dan tiba-tiba tenggorokannya tercekat, dia menelan salivanya dengan susah payah. Matanya membelalak menatap nanar sosok laki-laki yang saat itu sedang membalas tatapannya dengan senyum yang manis.
"Anda!" pekik Hana pelan sambil menutup mulutnya.
Lelaki itu tersenyum sambil menganggukkan kepala ke arah Hana.
"Salam kenal mbak Hana, saya Dewa," ucap lelaki itu sambil menangkupkan tangannnya di depan dada.
Kedua orang tua Dewa dan Bapak Ibu Hana heran menatap kedua anak manusia yang saling menyapa itu.
"Kalian sudah saling mengenal?" tanya Bapak.
Hana tersentak mendengar pertanyaan Bapaknya.
"Eh ... itu, Pak, lidah Hana terasa kelu, dia merasa gugup, karena ternyata lelaki yang akan dikenalkan dengan dirinya adalah lelaki yang ada di dalam kereta bersamanya kemarin.
"Iya, Pak, kami sudah saling mengenal, lebih tepatnya sudah pernah bertemu," ucap Dewa tiba-tiba memotong kalimat Hana yang belum selesai.
Gadis itu mendadak kehilangan suaranya, tercekat di kerongkongan saat mengetahui siapa lelaki itu. Ya, dia benar-benar tidak menyangka akan bertemu kembali dengannya di rumah ini dan dalam kondisi seperti ini.
Dewa tersenyum simpul sambil memandang ke arah Hana, dan sontak membuat Hana salah tingkah dan segera menundukkan pandangannya kembali.
"Kami bertemu di dalam kereta PRAMEKS kemarin saat pulang ke Yogya, dek Hana ini duduk di sebelah saya, dan kemarin juga dia mengalami sedikit insiden akibat ulah keponakan saya yang menyetir terlalu kencang, sehingga becak yang ditumpanginya terserempet mobil kami." terang Dewa panjang lebar.
"Oalah, ternyata kalian berjodoh ya," ucap Ibu riang.
Sontak Hana menoleh ke arah ibunya dengan wajah memerah.
"Ibu, apaan sih," ujar Hana sambil menyenggol pelan lengan ibunya.
"Wah benar itu, ternyata Allah sudah mempertemukan kalian dalam suasana yang lebih romantis," kata bu Rusti sambil tersenyum menggoda ke arah Dewa dan Hana bergantian.
"Berarti tidak ada lagi yang perlu di kenalkan, karena mereka sudah kenal," timpal pak Barata.
"Dewa ini anak bungsu kami nak Hana, dia seorang arsitek, bekerja di perusahaan konstruksi di Yogya. Entah karena sibuk atau memang gak ada perempuan yang mau sama dia atau bagaimana, Bapak juga tidak tahu sampai usianya 30 tahun belum juga menikah. Makanya beberapa waktu yang lalu Bapak sengaja main ke sini untuk bertemu Bapakmu dan memintanya untuk mengenalkan kamu dengan Dewa, karena om tahu Suryo masih punya satu anak perempuan yang belum menikah. Hana mau kan menjadi istri Dewa," tanya om Barata tanpa basa basi.
Sontak pernyataan itu membuat Hana terbelalak kaget. Sekilas dia melihat Dewa memperhatikannya dengan serius, Hana jadi salah tingkah dibuatnya.
"Tapi Hana masih kuliah, Om belum selesai," ucap Hana pelan sambil berusaha menentramkan debar jantungnya yang terus berdetak dengan kencang di dalam sana sejak tadi.
Ini benar-benar di luar perkiraannya, perkenalan yang sejatinya dia bayangkan bukanlah dengan laki-laki yang ternyata sudah dia temui kemarin, dan kalau dia boleh jujur, pertemuan itu cukup memberikan kesan yang baik bagi dirinya.
Ya, tidak banyak lelaki di zaman sekarang yang masih menjaga adab kepada perempuan asing yang baru di kenal. Tetapi Dewa bersikap sangat baik dan sopan, dia bahkan tahu menjaga jarak dengan perempuan yang bukan muhrimnya.
"Itu tidak masalah, saya akan tetap mendukung Dek Hana untuk menyelesaikan kuliah, bukankah sudah tinggal skripsi ya?" tanya Dewa yang sukses membuat Hana kaget.
Ternyata lelaki ini sudah tahu tentang dirinya dan menyiapkan diri dengan semua alasan yang akan dia kemukakan. Benarkah Dewa sudah yakin akan memperistri dirinya? Hana benar-benar terkejut sekaligus salut. Ternyata lelaki yang ada di hadapannya adalah sosok yang mempunyai prinsip dan berani mengambil keputusan untuk memperjuangkan masa depannya.
"Bagaimana Nak Hana, apakah kamu mau menerima niat baik Dewa?" tanya Pak Barata tiba-tiba.
Hana melihat ke arah kedua orang tuanya. Bapak dan Ibu secara kompak mengangguk ke arahnya. Gadis itu sedikit membelalakan mata, karena tidak percaya ternyata kedua orang tuanya juga mendukung kedua orang tua Dewa.
Dia menghela napas perlahan, berusaha mengumpulkan sebanyak-banyaknya oksigen ke dalam paru-parunya, karena sejak tadi suasana di ruang tamu ini cukup membuat dadanya sesak karena banyak sekali kejutan yang dia dapatkan hari ini.
Hana terdiam cukup lama sambil menunduk, membuat semua yang hadir di sana ikut merasakan ketegangan yang tercipta. Dia menimbang dalam hati apakah harus menerima atau menolak permintaan Pak Barata dan Dewa.
Dari kesan pertama yang dia dapatkan saat pertama kali bertemu, Dewa adalah sosok yang baik, ditambah lagi keseriusanya mengajak dirinya melangkah ke jenjang pernikahan. Apalagi ternyata lelaki itu secara diam-diam sudah berusaha mencari info tentang dirinya dari Bapak.
"Hana, bagaimana?" Suara Bapak memecah keheningan yang tercipta dan menyadarkan dirinya dari lamunan panjang tentang permintaan Dewa.
Sepertinya Hana memang tidak mempunyai alasan untuk menolak permintaan Dewa. Dia lelaki yang baik, akhlak dan agamanya juga baik, selain itu dia juga berasal dari keluarga yang baik-baik, dan paling tidak Hana dan keluarganya sudah saling mengenal cukup dekat. Bapak juga bilang kalau om Barata adalah sosok teman dan lelaki yang taat beragama serta berakhlak mulia.
Hana menegakkan posisi duduknya, mencoba membuang ragu dan menetralkan debar jantungnya yang sejak tadi berirama dengan lebih cepat. Dia memandang kedua orang tuanya, lalu bergantian kepada kedua orang tua Dewa, dan terakhir ke arah lelaki yang beberapa menit lalu telah memintanya menjadi istri itu.
Sementara itu, semua yang hadir di sana menunggu jawaban Hana dengan wajah penuh ketegangan
"Bismillah, insya Allah Hana bersedia menerima pinangan Mas Dewa," ucap Hana pelan sambil menahan rasa malu yang sukses membuat wajahnya bersemu merah.
"Alhamdulillah." Suara itu terdengar membahan memenuhi ruang tamu Hana. Wajah-wajah yang sejak tadi tegang mulai mengendur menyajikan senyum kelegaan atas jawaban gadis itu. Tiba-tiba Hana melihat lelaki yang baru saja memintanya menjadi istri itu melakukan sujud syukur.
Hana telah mengambil keputusan yang besar dalam hidupnya, menerima seorang lelaki yang akan masuk dalam kehidupannya dengan halal dan di ridhai oleh Allah. Ya, lelaki di dalam kereta yang ternyata menjadi calon imamnya kelak. Dia berjanji akan terus menjaga hati dan pikirannya sampai waktu dihalalkanya itu tiba.
Salam hangat
Ulfah Wahyu
*Sampean = Kamu.
41 komentar
MasyaAllah ... Aduh, membaca ini kenapa jantungku ikutan berdegup-degup kayak Hana, ya? Bedanya aku nggak menunduk, malah membayangkan kayak gimana wajahnya Dewa, hahaha ...
BalasHapusKalau ini sebuah kisah nyata, semoga langkah mereka menuju pelaminan dilancarkan, menjadi pernikahan yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah. Aamiin.
Auto penasaran ya mbak Mel sama wajahnya hahaha.
HapusWaah...kayak mimpi yah. Ketemu jodoh secara engga sengaja. Malah memang mau dijodohkan. Setuju mb Melina. Aku mengaminkan aja, semoga lancar sampai ke pelaminan...
BalasHapusItulah jodoh ya Bund, rahasia Allah.
HapusNah, iya...Mungkin satu dari 1000 kali ya, yg ketemu jodoh sekereta kayak di cerita ini. Engga bosen kalau baca cerita ketemu jodoh, soalnya macem-macem jalannya...
HapusMasyaAllah, terbawa suasana nich membacanya. Semoga niat baik hana dan dewa lancar dan mendapat keberkahan. Aamiin Ya Allah
BalasHapusHehehe iya mbak aamiin.
HapusMasyaAllah keren mbak. Pingin deh bisa nulis cerita kayak gini juga. Dari judulnya sudah bikin penasaran. Bakal dilanjutkah ini mbak? Hehe
BalasHapusHehe sudah tamat mbak.
HapusSenyum-senyum sendiri saya baca cerpen ini. Alangkah romantisnya ceeita. Jadi bikin berkhayal hahaha
BalasHapusIya mbak, jadi baper sendiri ya hihihi.
HapusAlhamdulillah. Akhirnya happy ending ya..
BalasHapusSemoga Hana dan Dewa segera melangsungkan pernikahan, sakinah mawadah dan warahmah. Aamiin...
Ngalir banget ceritanya. Meski dari awal udah bisa ditebak dan ternyata tebakan saya juga bener hehehe
Hihihi bisa di tebak ya mbak, semangat lagi nih buat bikin cerita.
HapusAh... so sweet... kadang Allah mengatur perjodohan sedemikian indah, ya? Hihi...Saya jadi ikut terbawa cerita hana nih
BalasHapusIya mbak, jodoh gak ada yang tahu gimana jalannya bertemu.
HapusWaahh ini bisa dikembangin jadi novel nih mbaaa
BalasHapusBisa upload di platform novel/fiksi gituu
Kece!
Hihi belum pd mbak,masih harus banyak belajar nulis fiksi.
HapusUwooo Hana dan Dewa. Cerita yang manis. Aku suka. Keren Mbak.
BalasHapusHihihi, makasih mbak suportnya.
Hapusuwih mantap jiwa
BalasHapusnamanya Hana.
nama lengkapnya Gerhana Matahari
out of the box mbak
ceritanya keren
Bagus aja kedengarannya sih mbak.
HapusAlhamdulillah. Happy ending. Semoga Hana dan Dewa menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah.
BalasHapusAamiin, makasih suportnya mbak.
Hapuswaahh suka baca ceritanya.
BalasHapusalurnya asik mbak, sbg pembaca saya sangat menikmati
Terima kasih mbak.
HapusAwww...awww, ceritanya bikin senyum-senyum dan deg-degan. Padahal cuma pembaca. Haha... lanjutttt
BalasHapusTerima kasih mbak
HapusUwoo..ceritanya enak sekali dibaca ya..aku sampai ikut senyum-senyum sendiri, membayangkan Hana. ..
BalasHapusAlhamdulillah, terima kasih mbak.
Hapuswah akhirnya hapyyending ya hanna dan Dewa, Kisah sederhana yang dibingkis dengan penuturan natural, enak dibaca. Ditunggu kisah selanjutnya.
BalasHapusTerima kasih mbak, insyabAllah.
HapusSo sweet...
BalasHapusMemang kita kerap dipertemukan dengan takdir-takdir Allah dengan cara yang ajaib yaa..
Semoga Hana berbehagia bersama Dewa.
Iya begitulah rahasia Allah mbak.
HapusCeritanya so sweet mbak.. Jadi senyum-senyum sendiri bacanya, hihihi.. Ditunggu cerita-cerita selanjutnya mbak..
BalasHapusAlhamdulillah mbak, doakan ya biar lancar menulisnya.
HapusUwow ternyata Mbak Ulfah menulis cerpen. Mengalir ceritanya. Coba dikirimkan ke media-media, Mbak. Siapa tahu dapat income tambahan. ^__^
BalasHapusMakasih suportnya mbak Nieke.
HapusMbak Ulfah keren ceritanya...jodohnya ternyata lelaki di kereta. MasyaAllah ditunggu karya selanjutnya
BalasHapusJodoh tak ada yang tahu ya mbak, twrnyata dekat dengan kita.
Hapusdulu sebelum menikah aku selalu membayangkan ketemu jodoh dalam perjalanan. tapi kenyataannya ketemu jodoh teman 1 organisasi. cerita ketemu jodoh memang selalu menarik untuk dibaca. hihi
BalasHapusBenar mbak, ada bunga2nya gitu ya hehehe.
Hapus